Desi Fitrie | Informasi-informasi Terupdate

Baca, Saksikan, Rasakan, Simpulkan...

Kamis, 07 Agustus 2014

Vaksin Ebola Akan Bisa Digunakan 2015

Dua vaksin berbeda dikembangkan pemerintah, perusahaan Amerika.

VIVAnews - Badan Administrasi Obat dan Makanan Amerika (FDA) telah mendapatkan otorisasi untuk menggunakan perangkat pendeteksi Ebola yang belum disahkan. Namun begitu, mereka berjanji untuk mengembangkan vaksin itu sampai 2015.

virus ebola
virus ebola
"Kami sedang bekerja sama dengan pemerintah dan institusi terkait untuk mempercepat perkembangan obat yang berpotensi menjadi penyembuh Ebola," kata juru bicara FDA, Stephanie Yao, seperti dikutip dari LA Times, Kamis 7 Agustus 2014.

Menurut Dr. Anthony Fauci, kepala National Institute of Allergy and Infectious Disease, dia sangat ingin mengetahui kandungan yang terdapat pada vaksin potensial tersebut.

"Ada beberapa vaksin yang diklaim bisa digunakan jika dikembangkan lebih jauh," kata Fauci.

Vaksin yang dimaksud Fauci bekerja dengan mengekspose tubuh terhadap mikroba asing atau zat tertentu yang mampu menstimulasikan serangan pada tubuh. Pada dasarnya, zat itu melatih sistem kekebalan tubuh untuk mempertahankan diri melawan calon penyerangnya, seperti virus Ebola.
Beda vaksin tapi banyak
Vaksin yang sedang dikembangkan ini tidak sama dengan tipe obat eksperimen yang diberikan kepada dua tenaga kesehatan Amerika yang terinfeksi Ebola di Liberia. Obat yang diberikan itu bernama Zmapp dan dikembangkan oleh Mapp Pharmaceutical Inc.
Vaksin tersebut merupakan campuran dari tiga jenis antibodi monoclonal yang diproduksi oleh tanaman. Vaksin itu harus diberikan sesegera mungkin, setelah pasien terinfeksi.

Sementara itu, vaksin yang sedang dikembangkan FDA dibuat oleh Pusat Penelitian Vaksin, organisasi turunan dari National Institutes of Health. Mereka mengaku telah menguji coba dengan melibatkan monyet. Hasilnya, mereka mengklaim, cukup impresif.

"Fase satu adalah uji coba klinis. Diharapkan bisa dimulai September hingga Januari. Dalam uji coba itu, kami akan memberikan vaksin ke manusia untuk membuktikan keamanan dan respons yang terjadi. Jika ada respons protektif, itu artinya, antibodi khusus sedang bekerja untuk mencegah virus masuk dan bersemayam di sel tubuh," ujar Fauci.

Jika vaksin terbukti aman, dan mampu memunculkan respons protektif, penelitian akan dikembangkan ke uji coba klinis yang lebih besar, untuk kemudian berlanjut ke produksi vaksin.

"Saya harap kami sudah memiliki obatnya di akhir 2015," ujar Fauci.

Saat vaksin tersebut telah mendapat persetujuan, mereka yang pertama kali mendapat vaksin itu adalah para pekerja kesehatan yang merawat pasien Ebola. Mereka dianggap telah mau berkorban untuk merawat pasien Ebola, meski risiko terjadi penularan cukup besar.

Dalam menciptakan vaksin Ebola, NIH tidak hanya bekerja sama dengan FDA, tapi juga beberapa perusahaan kesehatan lain. NIH juga terlibat dengan Crucell Biopharmaceutical untuk mencari obat Ebola dan Marburg.
Profectus Bioscience juga dikabarkan sedang mengembangkan obat itu, seiring dengan Thomas Jefferson University yang mengembangkan kandidat vaksin Ebola dari vaksin Rabies.

Selain itu, ada dua perusahaan lain seperti Tekmira dan BioCryst Pharmeuticals.

"Departemen Pertahanan telah bekerja dengan perusahaan bernama NewLink untuk mengembangkan kandidat vaksin Ebola. Biocryst, dengan dukungan dari NIH, juga sedang mengembangkan obat antiviral untuk virus Ebola. Diharapkan fase uji coba pertama akan dilangsungkan tahun ini," ujar pihak pejabat Amerika.

Saat ini, FDA telah menggunakan alat pendeteksi canggih untuk menelusuri paparan virus Ebola pada manusia yang telah dan akan masuk ke Amerika melalui 3 negara terinfeksi Ebola, Guinea, Sierra Leone, dan Liberia.

"Uji coba perangkat pendeteksi itu didesain untuk digunakan oleh individu, termasuk personel dan sukarelawan di Departemen Pertahanan, yang kemungkinan besar berpotensi terinfeksi Ebola," ujar dia.

Meskipun FDA yakin jika potensi Ebola sangat kecil menyebar di Amerika, beberapa kejadian terakhir membuat kekhawatiran warga Amerika meningkat. Dua pekerja kesehatan dan misionari asal Amerika, yang baru dipulangkan dari Liberia, terinfeksi virus Ebola. Kini mereka diisolasi di Rumah Sakit Emory University, Atlanta.

Seorang pasien yang diduga terinfeksi Ebola juga sempat mendatangi rumah sakit Mount Sinai, New York. Meski mengaku menderita gejala mirip Ebola, namun setelah menjalani tes, hasilnya negatif.

 Sumber: vivanews.co.id

Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua.

Pages

Back To Top