Desi Fitrie | Informasi-informasi Terupdate

Baca, Saksikan, Rasakan, Simpulkan...

Minggu, 10 April 2016

Israel, Pusat Terorisme Dunia


Negara Israel selalu menjadi unit satuan yang “asal muasal eksistensinya ilegal” yang muncul setelah Perang Dunia I. Saat itu dunia dan bangsa-bangsa mengarah untuk “menghapus kolonialisme” dan mewujudkan kebebasan dari sandera hegemoni. PBB pun saat itu menjadi lembaga dunia yang mengawal demi menjaga perdamaian dan keamanan di dunia.

Namun Israel didirikan berdasarkan resolusi PBB nomer 181 tahun 1987 saat negara-negara besar menguasai kendali PBB yang kemudian memberikan “stempel legalitas dunia” atas kelahiran Israel di kawasan yang asing baginya. Ya, meski berusaha selama bertahun-tahun menyesuaikan diri, Israel tetap tidak bisa menyesuaikan dengan sejarah dan geografi Timur Tengah. Kelahiran Israel dengan cara seperti ini, merupakan ungkapan dari gagasan baru bagi kolonialisme di era teknologi. Sebab entitas zionis Israel menjadi proyek ekspansif dan penghalang kemajuan dan modernitas di sana, terutama bagi bangsa Palestina.
Sejarawan baru Israel (anti kemapanan) menilai kelahiran Israel sebagai kelahiran yang salah yang belum berakhir hingga hari ini. Bahkan entitas penjajah Israel makin hari makin tumbuh lebih teroris dan menebar kekerasan. Bahkan jika dianalisis, semua bentuk terorisme yang tumbuh di kawasan penyebab utama adalah Israel dan melebar ke seluruh dunia.

Bahkan mereka semakin intens dalam melakukan kejahatan terhadap bangsa Palestina khususnya dan bangsa Arab umumnya. Sehingga Israel menjadi teroris terorganisir yang dibina dan dilindungi oleh negara-negara kolonialisme. Bahkan Palestina sebagai tempat berdirinya Israel itu tidak mengakui eksistensi negara penjajah tersebut. Sebaliknya, Israel juga tidak mengakui negara Palestina. Inilah yang kemudian memberikan status kepada semua organisasi Palestina sebagai organisasi teroris.

Jadi, Israel sesungguhnya adalah entitas dengan status sebagai kanker yang pengaruhnya melebar dan menjalar kemana-kemana dalam bentuk terorisme di seluruh dunia.

Usaha untuk melakukan normalisasi agar Israel diterima di kawasan itu pun dilakukan (seperti dengan Mesir dan Yordania) namun tak akan bisa mengubah watak asli Israel. Israel tetap Israel dan teroris tidak berubah.

Karena itu, Israel akan selalu haus perang di jaman modern dan semodern ini. Lihat perang 2006 di Libanon selatan, 2008, 2014 meski ia sudah meneken perjanjian dengan Palestina dan negara-negara Arab seperti Cam David (1978-1979), Oslo dan Wadi Arabah.

Nuruddin Tsenio
Kolumnis Aljazair

*Sumber: infopalestina



Source http://ift.tt/1NjhePk

Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua.

Artikel Terkait

  • Kerap Posting Anti-LGBT, Facebook Ancam Tutup Permanen Akun Tere Liye Facebook kembali memberlakukan pemblokiran sementara terhadap akun penulis Tere Liye. Ini kali kedua akun media sosial penulis bernama asli Darwis itu diblokir oleh Facebook karena berkomentar kritis soal LGBT. "Facebook m…
  • Kedengkian HTI Pada Turki Ada kawan yang share tulisan di situs resmi HTI. Isinya. "Penguasa Turki Meratapi Darah, Sementara Dirinya Ikut Menumpahkannya!" Singkat kata. AKP Turki ikut membunuhi warga Syiria. Saya jawab gini aja: Iri dan hasud bin …
  • Kantong Plastik Bayar Rp 200, PERATURAN NYELENEH NEGARA KERE? Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.1230/PSLB3-PS /2016 Tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar telah diterbitkan. Isinya adalah regulasi yang mengatur bahwa setiap kantung…
  • Diputus Kontrak Nike Gara-gara Anti-LGBT, Pacquiao Banjir Dukungan Simpati dan pembelaan kini mulai berdatangan, bagi petinju Filipina Manny Pacquiao, yang awalnya dikecam karena komentarnya tentang kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Simpati untuk petinju yang dijuluki …
  • Buku Terbaik Biografi Sayyid Quthb Setahu saya, inilah buku terbaik tentang biografi Sayyid Quthb. Aslinya bagian awal tesis sang penulis (Dr. Shalah al-Khalidiy). Itu saja amat tebal (misal saya pemilik penerbit buku ini pasti mencetaknya lengkap; bukan mem…

Pages

Back To Top