Desi Fitrie | Informasi-informasi Terupdate

Baca, Saksikan, Rasakan, Simpulkan...

Jumat, 01 Januari 2016

asal-usul bahasa-bahasa di nusantara, Bahasa Austronesia dan penyebarannya


Bahasa Austronesia


Satu lagi rumpun bahasa besar yang kita sudah kenal. Terlebih lagi rumpun bahasa yang ini sudah sangat mendarah daging bagi bangsa Indonesia, karena Bahasa Indonesia masuk ke dalam rumpun bahasa ini. Rumpun bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa terbesar ke-5 berdasarkan banyaknya jumlah penutur asli, dan menempati peringkat ke-2 dalam hal banyaknya bahasa dari sebuah rumpun bahasa.

Rumpun bahasa Austronesia sangatlah kaya dan luas penyebarannya. Dari ujung utara ada Taiwan (Formosa), dan Micronesia, hingga ke ujung selatan di New Zealand. Dari ujung sebelah barat di Madagaskar yang terletak di sebelah timur Afrika, sampai ke pulau paling timur Easter Island (Rapa Nui) yang masuk negara bagian di Chili, Amerika Selatan. Dan secara luas wilayah, sebenarnya bahasa Austronesia adalah bahasa yang paling luas penyebarannya sebelum kolonialisasi oleh orang Eropa.

Kekayaan lain yang dipunyai oleh Rumpun Bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa Austronesia memiliki total 1252 bahasa yang tercatat, rumpun yang memiliki bahasa terbanyak setelah Niger-Cordofanian/Niger-Congo yang memiliki lebih dari 1500 bahasa. Sementara jumlah total penutur asli bahasa Austronesia lebih dari tiga ratus juta jiwa. Dan uniknya lagi, Bahasa Austronesia yang paling besar berdasarkan banyaknya penutur asli, adalah Bahasa Jawa dengan, Bahasa Tagalog menempati urutan ke-2 bahasa austronesia yang memiliki jumlah penutur terbanyak.

Dari segi penutur bahasanya, bahasa Jawa menempati urutan nomor 11 bahasa di dunia dengan bahasa penutur asli terbanyak, dan bahasa Tagalog menempati urutan ke-24, sementara bahasa Indonesia menempati urutan ke 40. Berita menyedihkan untuk para kaskuser, bahwa bahasa Melayu menempati urutan 35, setingkat di atas bahasa Sunda yang menempati urutan ke 36.

Secara Etimologi, kata austronesia sendiri berasal dari bahasa latin "Auster" yang berarti angin selatan, dan bahasa Yunani "Nesos" yang berarti pulau, karena sebagian besar wilayah dimana penduduknya menuturkan bahasa Austronesia adalah pulau-pulau kecil di daerah Selatan / Tropis (kecuali Malaysia), dimana 4 daerah wisata Tropis yang disukai sebagian besar orang bule yaitu Seychelles, Bali, Hawai'i, dan Fiji, adalah wilayah Austronesia.


Klasifikasi bahasa Austronesia

Secara garis besar, pembagian bahasa Austronesia dibagi menjadi beberapa cabang dari bahasa Formosa (Taiwan)
Bahasa Formosa terdiri dari beberapa anak bahasa yang telah tercatat dan beberapa belum tercatat.
yang telah tercatat antara lain: Seediq, Atayal, Rukai, Paiwan, Puyuma, dll


Gambar di atas menunjukkan peta penyebaran bahasa Austronesia di Taiwan sebelum datangnya orang-orang Tionghoa ke Taiwan

Sementara bahasa-bahasa Austronesia yang ada di luar Taiwan, yang juga dikenal sebagai Malayo-Polinesia, adalah anak bahasa dari salah satu cabang bahasa Formosa, yaitu bahasa Paiwan.

Bahasa Malayo-Polinesia ini juga dibagi 2 menjadi bahasa Sulu-Filipina dan bahasa Indo-Melanesia
Bahasa Sulu-Filipina meliputi seluruh bahasa Filipina termasuk bahasa Tagalog/Filipino.

Sementara dalam bahasa Indo-Melanesia, dibagi menjadi Bahasa Malayo-Polinesia barat, dan Bahasa Malayo-Polinesia tengah-timur
Bahasa Malayo polinesia barat dibagi menjadi bahasa Kalimantan, dimana bahasa Malagasy termasuk dalam cabang ini, dan Bahasa Sunda-Sulawesi
Dalam cabang Sunda-Sulawesi inilah melahirkan bahasa-bahasa besar dari bahasa-bahasa Nusantara seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa Batak, Bahasa Jawa, dll (yang ga disebut jangan marah ya)
Bahasa Palau di negara kepulauan Palau juga termasuk bahasa dalam cabang ini.

Sementara di cabang Bahasa Malayo-Polinesia Tengah-Timur dibagi menjadi bahasa Malayo-Polinesia Tengah dan Timur, dimana bahasa Malayo-Polinesia tengah menjadi bahasa yang merupakan bagian dari bahasa nusantara. 
Bahasa Malayo-Polinesia tengah ini meliputi bahasa-bahasa yang ada di Maluku dan di pesisir Papua, seperti bahasa Halmahera.

Dan Bahasa Malayo-Polinesia Timur ini adalah bahasa yang juga disebut sebagai bahasa Oceania. Dalam cabang ini juga terdapat bahasa-bahasa Oceania seperti bahasa Hawai'i, Fiji, Maori, Rapa Nui, Tahiti, Tonga, Tuvalu, Micronesia, Samoa, dll

Berikut ini adalah gambar peta klasifikasi bahasa Austronesia berdasarkan wilayahnya


Sementara yang ini adalah grafik pembagian bahasa Austronesia



Sejarah penyebaran bahasa Austronesia

Bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa yang boleh terbilang cukup tua, sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Induk dari semua bahasa Austronesia ini diperkirakan berasal dari Taiwan / Formosa. Robert Blust, seorang pakar ilmu linguistik telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain. Seorang pakar linguistik lainnya yang bernama Spir juga telah menyusun kronologi penyebaran bahasa Austronesia dari tahun ke tahun

Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-Malayo-Polinesia (PMP).

Tahap berikutnya terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara. Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara.

Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur. Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP). Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP).

Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG).

Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oceania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oceania.

Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatra. Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaka. Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan, bahkan sampai ke Madagaskar.

Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oceania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata.

Berikut ini rute penyebaran bangsa dan bahasa Austronesia beserta tahunnya gan...




Sejarah pembelajaran bahasa Austronesia

Saat Pertama kali mencapai pulau-pulau di Oceania, orang-orang Eropa pertama menyebutnya dengan sebutan Polinesia, dicetuskan oleh Charles de Brosses, juga saat Captain Cook mencapai Polinesia, dia mengatakan itu adalah negara terbesar di dunia.
Tetapi pada sekitar awal abad 19, orang Eropa juga menyadari adanya persamaan antara Polinesia dan Orang "India timur" (sebutan untuk Indonesia dan sekitarnya pada saat itu) dan mereka mulai memasukkannya ke dalam konteks polinesia.

Kemudian para pelajar Eropa mencoba membelah dunia polinesia dan dunia melayu berdasarkan pengaruh budayanya, menjadi Malayo-Polinesia, dimana kebudayaan melayu lebih dipengaruhi unsur India dan Arab, sementara Polinesia lebih dipengaruhi kolonialisasi barat. Tetapi pada akhirnya mereka menggabungkan lagi 2 dunia tersebut dengan sebutan Austronesia.

Tetapi bagaimanapun juga Bangsa Austronesia adalah bangsa maritim yang telah dengan gagah berani menyebrangi lautan meninggalkan tanah Daratan Asia menuju lautan lepas. Seharusnya bangsa Indonesia sebagai salah satu cabang Austronesia mempunyai kebanggaan akan bangsanya.







Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua.

Pages

Back To Top