Desi Fitrie | Informasi-informasi Terupdate

Baca, Saksikan, Rasakan, Simpulkan...

Minggu, 03 Agustus 2014

Percaya atau Tidak kembali Pada diri masing-masing

Waspada, Jakarta Dibayangi Pangkalan Militer AS Salah satu media Amerika Serikat Washington Post melaporkan bahwa rencananya militer AS akan
menempatkan pesawat tempur berawak dan tidak berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.
Percaya Atau Tidak
Percaya Atau Tidak
Tidak jelas, apa maksud Amerika Serikat membuat Pangkalan Militer di Pulau Cocos, Australia yang hanya berjarak 1270 km dari Jakarta.
(Baca juga thread Asia dan Indonesia Waspadai Ancaman Amerika dari Cocos Island).
Jika pasukan di pulau itu hendak melakukan serangan ke Jakarta, hanya
dibutuhkan waktu puluhan menit.
Amerika Serikat menggunakan pangkalan satelit di Australia untuk mengumpulkan informasi mengenai militer di Asia, seperti Cina, India, dan
Korea Utara, sebuah laporan menyatakan.
Statsiun satelit Pine Gap, yang terletak di Outback Australia, telah sangat diandalkan dalam perang pimpinan salibis AS di Irak, Afghanistan, dan
Balkan, lansir AFP.
Pemerintah dan rakyat Indonesia harus waspada. Karena pasukan itu tidak ubahnya sebagai pasukan spy drone atau pasukan mata-mata (striking
drone), pasukan yang ditempatkan sebagai pasukan penyerang nantinya.
Dari berbagai informasi yang didapatkan, keberadaan Marinir AS di pulau tersebut, memang sengaja untuk memata-matai negara-negara di
kawasan Asia, khususnya Indonesia.

Amerika memiliki agenda besar dalam penempatan pasukannya di Australia, baik dalam jangka pendek dan panjang.
Langkah pemerintah Amerika Serikat mengubah fokus mereka ke Asia akan semakin membebani Indonesia sebagai negara berpengaruh di ASEAN.
Indonesia dituntut memainkan peranan pendorong dan penyeimbang berbagai konflik di Asia.

Amerika Serikat menganggap Indonesia adalah perekat yang menjaga persatuan Asia Tenggara. Sejak zaman Soeharto memiliki kepentingan untuk
menjaga stabilitas regional dan menjaga kesatuan antar negara Asia.
Keterlibatan AS di Asia yang mendukung negara-negara sekutunya akan membuat konflik semakin panas. Penambahan pasukan AS di Asia juga
membuat ketegangan meningkat.
“AS menurunkan 60 persen kekuatan Angkatan Lautnya ke Asia. Sebanyak 500 tentara AL, AS akan tugas bergilir di Darwin, totalnya akan berjumlah
2.500 tentara dalam beberapa tahun ke depan,” Adu kepentingan kemudian terjadi di tubuh ASEAN. Salah satu contohnya adalah dengan tidak tercapai komunike dalam KTT ASEAN tahun 2012
lalu. Saat itu, Kamboja yang menjadi ketua ASEAN menolak komunike yang mendesak China menyelesaikan konflik perairan tersebut. Seperti telah diketahui bahwa Kamboja adalah salah satu sekutu China di Asia Tenggara.
Dalam buntunya situasi ini, kata Murphy, Indonesia menunjukkan peran pentingnya. Peran Indonesia terpenting adalah menjembatani antara kepentingan China dan ASEAN dalam konflik Laut China Selatan.
“Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa melakukan shuttle diplomacy,” jelas Murphy. Kala itu, Natalegawa secara maraton mengunjungi negara-negara ASEAN untuk menyatukan suara.

Sebanyak 200 pasukan Amerika Serikat telah tiba di Australia sejak April 2012 lalu sebagai gelombang pertama dari 2.500 pasukan yang direncanakan sampai tahun 2017 mendatang.
Personil awal sebanyak 200 pasukan marinir AS yang telah tiba langsung berlatih bersama militer Australia.
Penempatan pasukan AS ini menjadi babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan antara Australia dengan AS. Rencananya AS akan menempatkan sebanyak 2.500 prajuritnya di Australia pada 2017 nanti. Penempatan ribuan pasukan AS di Darwin ini menunjukkan pergeseran strategi global yang sangat signifikan. Terkait dengan penempatan
ribuan pasukan AS ini, Smith menyatakan bahwa kemungkinan besar AS akan menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai pangkalan militer AS.

Sumber: Status Sdr. Fasih Redteach

Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua.

Pages

Back To Top