Desi Fitrie | Informasi-informasi Terupdate

Baca, Saksikan, Rasakan, Simpulkan...

Kamis, 09 Juni 2016

[Sejarah RI] Bulan Puasa di Bawah Agresi Militer Belanda

(Sebuah pelabuhan di Jawa Timur terbakar pada agresi militer Belanda pertama, Juli 1947. Foto: KITLV)

BELANDA melancarkan serangan kepada Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat pada 20 Juli 1947 (2 Ramadhan 1366 H). Aksi Polisionil Pertama ini berkode actie product (aksi atau operasi produk), sedangkan pihak Indonesia menyebutnya agresi militer Belanda pertama. Belanda melancarkan agresinya pada awal puasa Ramadan 1366 Hijriyah kemungkinan karena orang Indonesia yang mayoritas Muslim sedang berpuasa sehingga dianggap dalam keadaan lemah.

Sebenarnya, sejak akhir Juni 1947 telah diperkirakan Belanda akan melancarkan serangan dalam waktu dekat. Sehingga, di hari pertama puasa pada 19 Juli 1947, para ulama Aceh dalam rapat umum di pekarangan Mesjid Raya Baiturrahman menyerukan “puasa tidak menghalangi seseorang untuk berjuang. Karena itu sambil berpuasa berjuanglah, dan sambil berjuang berpuasalah.”

“Demikian pesan para ulama yang memanfaatkan mimbar rapat umum tersebut untuk menyampaikan penerangan mengenai kewajiban berpuasa di tengah perjuangan kemerdekaan yang sedang memuncak,” tulis Pramoedya Ananta Toer, dkk., dalam Kronik Revolusi Indonesia 1947.

Residen Aceh, lanjut Pram, juga menyerukan supaya umat Islam di Aceh senantiasa siap-sedia menghadapi segala kemungkinan yang datang sebagai akibat keserakahan Belanda: “Jadikanlah ibadah puasa sebagai jembatan untuk mempertebal iman dan perjuangan. Kita selalu digempur dengan cara besar-besaran oleh tentara Belanda. Jangan disangka kita akan lemah dalam menghadapi mereka karena kita sedang berpuasa. Kita kuat dan tetap kuat menghadapi mereka, kapan saja dan dimana saja.”

Menurut J.A. de Moor, penulis biografi Jenderal Spoor: Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia, dalam agresi ini Spoor mengomando kekuatan tempur sebanyak 96.000 pasukan, 75.000 di Jawa dan 21.000 di Sumatera.

“Agresi militer Belanda I di daerah Sumatera Selatan tepat pada bulan puasa hari ketiga. Aksinya itu dimulai pada pagi hari sesudah umat Islam di daerah Sumatera Seulatan selesai melakukan sahur,” tulis Sejarah Perang Kemerdekaan di Sumatera, 1945-1950.
Sementara itu, tulis de Moor, pihak RI menurut data NEFIS (Dinas Intelijen Militer Belanda) memiliki 195.000 prajurit di Jawa dan Sumatera; sekira 168.000 orang dari “kelompok-kelompok tak teratur” atau kelasykaran; beberapa serdadu Jepang terlibat dalam setidaknya seratus kasus; beberapa pasukan India-Inggris yang memihak Republik; dan sekira sepuluhan orang Jerman namun tak pernah menampakkan diri hanya terdengar suaranya yang keras dan jelas di semak-semak bersama pejuang Republik.

“Dengan keunggulan peralatan beroda, tank dan meriam pasukan itu (Belanda, red) menyerang dari darat, laut, dan udara. Spoor ingin memanfaatkan sepenuhnya keunggulan angkatan bersenjata Belanda dan menyingkirkan TNI dengan ofensif kejutan yang dahsyat,” tulis de Moor.

Pertempuran jelas tak seimbang. Selama operasi, Belanda melakukan 1.039 penerbangan (pengintaian, mendukung artileri dalam mengarahkan penembakan, membombardir berbagai sasaran, mengedrop perbekalan, dan selebaran) di Jawa dan Sumatera. Sementara itu, menurut de Moor, aksi udara lebih lanjut dari Republik –yang memiliki 28 pesawat yang dapat dioperasikan dan beberapa puluh lagi tidak dapat dioperasikan yang diambilalih dari Jepang– tidak dilakukan selama Aksi Polisionil Pertama.

“Pada 24 Juli, Spoor memberikan konferensi pers yang pertama. Dia sesumbar mengenai kemenangan. Dia nyatakan antara lain bahwa TNI begitu cepat enyah hingga pasukan Belanda tidak dapat mengikuti tempo larinya,” tulis de Moor.

Belanda berhasil menduduki Jawa Barat, Jawa Tengah –Yogyakarta, Surakarta dan Kedu di luar tujuan operasi; sebagian Jawa Timur –Bojonegoro, Madiun dan Kediri dalam kekuasaan Republik. Belanda juga menguasai Pantai Timur Sumatera, Pantai Barat Sumatera, dan Palembang. Dengan demikian, daerah-daerah perusahaan perkebunan, tambang, batubara, dan ladang minyak telah kembali ke tangan Belanda. Produksi barang perdagangan terpenting Hindia Belanda (minyak, karet, teh, kopra, dan gula) dapat dimulai lagi. “Hindia Belanda kembali mendatangkan uang. Situasi finansial (Belanda, red) yang gawat kelihatan berakhir,” tulis de Moor.

Dalam agresi militer ini, Belanda kehilangan 76 tentara tewas dan 206 luka-luka. Korban pihak Indonesia tidak diketahui pasti, tapi ditaksir sekira 10.000 orang tewas. Namun, de Moor mengakui, selagi pertempuran berjalan, dunia luar mulai memusuhi Belanda. Perkembangan ini akan sangat mempengaruhi dan bahkan menentukan jalannya perang, dan juga perkembangan diplomatik. Dewan Keamanan PBB menerima resolusi Australia, bekas sekutu pada masa perang yang sekarang menentang Belanda, menyerukan penghentian segera permusuhan dan diakhirinya konflik dengan cara damai.

Sumber: historia.id




Source http://ift.tt/1XK6uDh

Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua.

Artikel Terkait

  • Selama Ramadhan Hiburan Malam Ditutup di Padang Seluruh tempat hiburan malam di Kota Padang, Sumatra Barat ditutup dan tidak beroperasi selama bulan puasa 1437 hijiriah. Jika tetap beroperasi akan dilakukan tindakan tegas oleh Pemerintah Kota Padang. Penegasan itu disam…
  • Taman-taman di Turki Dilengkapi Kursi Dengan Charger Listrik Tenaga Matahari Di taman-taman kota Turki dan universitas-universitas. Kini disediakan kursi-kursi taman yang dilengkapi charger listrik dari tenaga matahari (solar cell/panel surya). Pelayanan yang diberikan pemerintah Turki yang dipimpin…
  • Bahkan KPK pun Berguru ke Kang Emil Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyampaikan pemkot Bandung akan memberikan hibah kepada KPK berupa aplikasi/software anti-korupsi dan anti-KKN yang nantinya akan digunakan tim KPK untuk disebarkan ke seluruh pemerintah daer…
  • Erdogan: KB Bukan Untuk Umat Islam Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mendesak warga Muslim negaranya untuk menolak kontrasepsi dan memiliki lebih banyak anak. Dalam sebuah pidato yang disiarkan langsung oleh televisi Turki, Senin (30/5), Erdogan mengata…
  • Salahkan Orang Tua Yuyun yang Terlalu Lama di Kebun Mencari Nafkah, Menteri Yohana Dikecam Yuyun (14 tahun), siswi SMP warga Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, menjadi korban perkosaan dan pembunuhan oleh 14 pemuda pada awal April lalu. Atas insiden tragis terse…

Pages

Back To Top