Desi Fitrie | Informasi-informasi Terupdate

Baca, Saksikan, Rasakan, Simpulkan...

Senin, 04 April 2016

Belajar Dari Sejarah Pertikaian Ali-Muawiyah


Ustadz Abrar Rifai

Bukan tidak pernah kita belajar bersama tentang perjalanan para pendahulu dakwah.

Kita tidak saja belajar pada jalan lempang yang mereka lalui. Namun kita justru lebih banyak mendalami berbagai curam, dakian, kelokan dan bebatuan yang kerap mereka lintasi sepanjang jalan itu.

Cerita perih, sengketa, pertikaian di antara pelaku dakwah sudah terjadi sejak dulu kala. Sungguh kelam riwayat yang sampai kepada kita, bagaimana seorang Muawiyah menolak pemecatan yang dilakukan Amirul Mukminin, Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.

Qaddasahumullah, radhiyallahu 'anhum. Mereka adalah generasi terbaik ummat ini, yang langsung ditarbiyah oleh sebaik-baik manusia, Nabi Penerima wahyu. Toh mereka harus dihadapkan pada peristiwa yang sama sekali tidak pernah diduga sebelumnya.
Manusia bagaimana pun tetap mempunyai subyektifitas, disamping obyektifitas yang memang harus dikedepankan. Imam Ali ra dengan segala kewenangan yang melekat pada dirinya, memecat Muawiyah. Tak dinyana Muawiyah menolak!

Cara persuasi tidak digubris. Hingga akhirnya harus mengerahkan pasukan. Dua pasukan bertemu di Siffin. Masing-masing berdiri pada keyakinannya. Keteguhan sebagian besar kaum mukminin atas kebenaran pada pihak Ali, ternyata tidak jadi jaminan kemenangan dapat diraih oleh menantu Rasulullah saw tersebut.

Kaum muslimin, baik yang berperang di pihak Ali, pihak Muawiyah maupun yang memilih netral, tersentak; Sayyidina Ali terbunuh! Karena sejatinya mereka sangat meyakini bahwa Ali adalah pihak yang benar.

Sungguh Allah swt tidak serta merta menghadirkan 'pentas' itu untuk kita saksikan kemudian kita puas dengan jalan cerita beserta berbagai keberpihakan pada para tokohnya, sebagaimana kita menyaksikan panggung sandiwara. Tidak bukan untuk itu kita membaca sejarah mereka. Tapi agar kita mengambil i'tibaaaar! Kita jadikan pelajaran bagaimana mengelola konflik internal yang niscaya pada suatu jamaah apapun itu. Kita ambil yang jernih, kita buang yang keruh.[]




Source http://ift.tt/1V5mFsW

Lorem ipsum dolor sit amet, consetetur sadipscing elitr, sed diam nonumy eirmod tempor invidunt ut labore et dolore magna aliquyam erat, sed diam voluptua.

Artikel Terkait

  • Tips Sehat Aktor Laga Van Damme: Saya Mencontoh Nabi Muhammad Aktor film laga Hollywood yang juga merupakan atlit beladiri Jean-Claude Van Damme yang di usianya ke 55 tahun masih bugar dan prima dalam salah satu wawancara ditanyakan mengenai makanan/pola makan sehat. Jawaban yang dis…
  • Tanggapan Fahri Hamzah Untuk Sapto Waluyo Ada yang menarik Kenangan Perjuangan 2 Insan Kader Dakwah antara Akh Sapto Waluyo dan Akh Fahri Hamzah.... Adalah akh Sapto Waluyo (mantan Stafsus Mensos Salim Segaf Al-Jufri) membuat tulisan seputar kasus pemecatan Fahri …
  • Ngaku Muslim, Menteri Rini Bagi-Bagi Babi Saat kunjungan kerja ke lima kabupaten di Provinsi Papua, Menteri BUMN Rini Soemarno menyerahkan bantuan 160 ekor  babi, 2.000 kilogram bibit ubi dan 2.500 bibit padi kepada kelompok tani. Penyerahan babi, ubi dan pa…
  • Fatwa Ulama Syiah: Musnahkan Warga Aleppo! Tokoh ulama dari kalangan Syiah Alawi, kaum minoritas pendukung Bashar Al-Assad, Ahmad Badr Al-Hassoun, mengeluarkan fatwa mengerikan. Kata dia, warga sipil di Kota Aleppo yang mayoritas ahlussunnah harus dimusnahkan. Situ…
  • Gagal Mediasi, Fahri Hamzah: Kalah Menang Gugatan, Saya Akan Terima dan Tak Akan Kemana-mana Hari ini, Selasa (3/5/2016) siang, mediasi antara Fahri Hamzah (penggugat) dengan beberapa petinggi PKS sebagai pihak tergugat mengalami kegagalan setelah pihak tergugat (M. Sohibul Iman, Hidayat Nur Wahid dan Abdul Muidz S…

Pages

Back To Top