REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Seorang akedemisi dan perwira intelijen
militer Israel, Mordechai Kedar menyerukan penggunaan perkosa sebagai
cara mencegah perjuangan perlawanan Palestina.
"Seorang teroris seperti mereka, yang menculik anak-anak dan membunuh, satu-satunya hal yang akan menghalangi mereka, adalah jika mereka tahu bahwa baik saudara perempuan atau ibu mereka akan diperkosa jika mereka tertangkap. Apa yang bisa kita lakukan? Ini adalah budaya yang kita hidup," papar Kedar dalam wawancara bersama majalah sayap kiri Israel +927 seperti dilansir Gulfnews.com, Rabu (23/7).
"Seorang teroris seperti mereka, yang menculik anak-anak dan membunuh, satu-satunya hal yang akan menghalangi mereka, adalah jika mereka tahu bahwa baik saudara perempuan atau ibu mereka akan diperkosa jika mereka tertangkap. Apa yang bisa kita lakukan? Ini adalah budaya yang kita hidup," papar Kedar dalam wawancara bersama majalah sayap kiri Israel +927 seperti dilansir Gulfnews.com, Rabu (23/7).
Kedar mengatakan cara tersebut memang terlihat buruk. Namun, melihat budaya Timur Tengah, hanya itu yang bisa dilakukan.
"Saya dapat katakan, saya sedang bicara tentang mereka (Palestina).
Bukan bicara apa yang tidak bisa kita lakukan. Ini merupakan cara yang
dapat menghalangi seseorang bunuh diri. Jika mereka tahu, adiknya
diperkosa, maka itu akan menghalanginya menarik pelatuk, dan ia akan
kembali ke rumah. Ini adalah budaya Timur Tengah. Saya tidak menciptakan
teori ini, tapi ini situasi nyata," ucapnya.
Bar Ilan University, tempat Kadar mengabdi, menanggapi kontroversi itu dengan membela komentar Kadar. "Dia tidak bermaksud melawan teror tanpa makna hukum dan moral," demikian pernyataan Bar Ilan University. (www.republika.co.id)
Bar Ilan University, tempat Kadar mengabdi, menanggapi kontroversi itu dengan membela komentar Kadar. "Dia tidak bermaksud melawan teror tanpa makna hukum dan moral," demikian pernyataan Bar Ilan University. (www.republika.co.id)