Sejumlah perempuan pekerja seks komersial (PSK) di Bandungan, Ungaran, Jawa Tengah, yang indekos di beberapa hotel kelas melati biasanya hidup dengan laki-laki yang menjadi pelindungnya.
Laki-laki tersebut bukan suami, dan disebut sebagai "tukiman", akronim berbahasa jawa dari tiga suku kata Turu (tidur), laki (bercinta) dan mangan (makan).
Tidak ada yang dikerjakan oleh para "tukiman" selain tiga hal itu. Semua kebutuhannya telah dipenuhi oleh PSK yang menjadi pasangannya.
"Yang namanya PSK kadang ramai kadang sepi. Ada juga yang mapan, biasanya yang cantik-cantik yang ramai tamunya. Sehingga fenomena 'tukiman' ini lebih kepada kenyamanan karena ada yang melindungi," ungkap Koordinator PKBI Kabupaten Semarang, Muhamad Budi Santoso, Minggu (22/3/2015) kemarin.
Menurut pegiat sosial yang juga Aktivis HIV/AIDS Jawa Tengah, Andreas Bambang Santoso, salah satu syarat mutlak berpasangan dengan PSK sebagai 'tukiman' adalah pengertian yang tidak berbatas. Ketika klien datang, tidak jarang 'transaksi' juga dilakukan di kamar yang mereka sewa sebagai indekos.
"Mereka tinggal di hotel bersama 'tukiman'. Ketika ada tamu, PSK juga melayani di kamar yang mereka sewa," kata Andreas.
Para PSK di Bandungan rata-rata berusia antara 20 hingga 25 tahun. Sementara para 'tukiman'-nya biasanya laki-laki sebaya, namun bisa juga laki-laki yang lebih dewasa. Mereka berasal dari luar daerah Bandungan, bahkan ada juga beberapa 'tukiman' dari luar negeri.
"Baru-baru ini kami mapping ulang database PK maupun PSK yang masuk ke hotspot. Nah kemarin pas pendataan itu ada (tukiman) dari Belanda dan ada dari Perancis. Biasanya dari luar dearah," imbuh Muhammad.
Sebelumnya dikabarkan, belasan hotel di Bandungan, Kabupaten Semarang, ditengarai beralih fungsi menjadi kos-kosan para PSK. Sebagian besar hotel yang beralih fungsi menjadi kos-kosan PSK tersebut adalah hotel-hotel kelas melati.
Laki-laki tersebut bukan suami, dan disebut sebagai "tukiman", akronim berbahasa jawa dari tiga suku kata Turu (tidur), laki (bercinta) dan mangan (makan).
Beberapa Teman Kita Yang Hidup Bersama Dengan Pelacur Dengan Adem |
"Yang namanya PSK kadang ramai kadang sepi. Ada juga yang mapan, biasanya yang cantik-cantik yang ramai tamunya. Sehingga fenomena 'tukiman' ini lebih kepada kenyamanan karena ada yang melindungi," ungkap Koordinator PKBI Kabupaten Semarang, Muhamad Budi Santoso, Minggu (22/3/2015) kemarin.
Menurut pegiat sosial yang juga Aktivis HIV/AIDS Jawa Tengah, Andreas Bambang Santoso, salah satu syarat mutlak berpasangan dengan PSK sebagai 'tukiman' adalah pengertian yang tidak berbatas. Ketika klien datang, tidak jarang 'transaksi' juga dilakukan di kamar yang mereka sewa sebagai indekos.
"Mereka tinggal di hotel bersama 'tukiman'. Ketika ada tamu, PSK juga melayani di kamar yang mereka sewa," kata Andreas.
Para PSK di Bandungan rata-rata berusia antara 20 hingga 25 tahun. Sementara para 'tukiman'-nya biasanya laki-laki sebaya, namun bisa juga laki-laki yang lebih dewasa. Mereka berasal dari luar daerah Bandungan, bahkan ada juga beberapa 'tukiman' dari luar negeri.
"Baru-baru ini kami mapping ulang database PK maupun PSK yang masuk ke hotspot. Nah kemarin pas pendataan itu ada (tukiman) dari Belanda dan ada dari Perancis. Biasanya dari luar dearah," imbuh Muhammad.
Sebelumnya dikabarkan, belasan hotel di Bandungan, Kabupaten Semarang, ditengarai beralih fungsi menjadi kos-kosan para PSK. Sebagian besar hotel yang beralih fungsi menjadi kos-kosan PSK tersebut adalah hotel-hotel kelas melati.