LppiMakassar.com - Tipu daya 1: Mengaku sunni (ahlussunnah wal jama’ah).
Tipu daya 2: Menjajakan fikroh syi’ah seraya menyangkal berpaham syi’ah.
Tipu daya 3: Membuat istilah yang membingungkan.
Tipu daya 4: Berdalih ilmiah untuk membenarkan yang bathil.
Tipu daya 2: Menjajakan fikroh syi’ah seraya menyangkal berpaham syi’ah.
Tipu daya 3: Membuat istilah yang membingungkan.
Tipu daya 4: Berdalih ilmiah untuk membenarkan yang bathil.
KALAU SAJA Husein bin Hamid Al Attas, salah satu narasumber utama Radio
Silaturahim (Rasil AM720) di Cibubur Jakarta itu jelas-jelas mengaku
berpaham syi’ah laknatullah, pastilah umat Islam yang menjadi jama’ah
Rasil akan menentang propaganda yang disampaikannya melalui frekwensi
AM720 maupun secara langsung (off air).
Dongeng Pengasong Aliran Sesat Syiah |
Nah, dalam rangka
menjajakan paham sesat syi’ah ke tengah-tengah umat Islam dengan mulus,
tentu saja yang harus dilakukan Husein bin Hamid Al Attas adalah mengaku
sunni (ahlussunnah wal jama’ah).
Ingat, bertaqiyyah bahkan bersumpah palsu atas nama Allah adalah bagian dari keyakinan / ibadahnya kaum syi’ah.
Itulah bentuk pertama tipu daya pengasong syi’ah di dalam menjajakan
paham sesat syi’ah. Selain mengaku sunni (ahlussunnah wal jama’ah),
bentuk tipu daya lainnya adalah menjajakan fikroh syi’ah seraya menolak
dituding syi’ah. Sebagaimana dipraktikkan seluruh pengasong dan
simpatisan syi’ah di Indonesia.
Sikap Husein bin Hamid Al Attas
merupakan salah satu contoh nyata. Husein selalu menolak dituding
syi’ah, meski ia gencar menjajakan fikroh syi’ah. Ibarat pelaku
kriminal, Husein bin Hamid Al Attas menolak dituding pencuri meski ia
terus melakukan pencurian dan mengajarkan orang lain mencuri.
Tipu daya ketiga adalah membuat dan mensosialisasikan berbagai istilah
yang bisa membuat umat bingung. Sehingga, orang-orang yang takut
dikatakan tidak paham (karena bingung), maka mereka cenderung
membenarkan penyesatan yang dilakukan oleh Husein bin Hamid Al Attas.
Salah satu contohnya adalah mengintrodusir istilah sahabat secara
lughowy dan sahabat secara syar’i. Pemaknaan yang berbeda itu dikenakan
kepada Sahabat Muawiyah ra. Menurut Husein bin Hamid Al Attas pada saat
mubahalah antara ustadz Haidar Abdullah Bawazir dengan dirinya di Radio
Silaturahim pada hari Rabu tanggal 27 Juni 2012, Muawiyah ‘hanya’
sahabat secara lughowy bukan secara syar’i. Saking yakinnya terhadap
pemaknaan tentang sahabat seperti itu, makaHaidar Abdullah Bawazir yang
datang memang untuk mubahalah itu dicegah bermubahalah oleh Husein Al
Attas, dan cukup Husein saja yang agar dilaknat Allah dan dikutuk bila
keyakinan Husein Al-Attas terhadap Muawiyah yang Husein anggap bukan
sahabat Nabi secara syar’I itu batil.
Perbedaan makna sahabat
secara lughowi dan syar’i yang diajukan Husein konon mengacu pada kitab
karya Hasan Farhan Al Maliky yang berjudul Assubhu was Sahabah.
Sementara itu menurut ustadz Haidar Bawazier, rujukan tersebut tergolong
cacat untuk dijadikan referensi di kalangan sunni. Karena, Hasan Farhan
Al Maliky dalam sebuah video yang dibawa ustadz Haidar Bawazier
terbukti menghujat Sahabat Abu Bakar RA, Umar RA, Aisyah RA, Thalhah RA,
dan Zubair RA, serta menyatakan ulama syiah lebih utama dari ulama
sunni.
Boleh jadi umat Islam baru pertama kali mendengar ada
istilah sahabat secara lughowi dan sahabat secara syar’i sebagaimana
diintrodusir oleh Husein Al Attas. Apakah ada pihak-pihak yang punya
otoritas menggolongkan makna sahabat secara lughowi dan syar’i? Kalau
toh ada, pihak tersebut bukanlah Rasil AM720 atau Husein Al Attas dan
para pengasong syi’ah lainnya di Rasil.
Mungkin karena bingung
atau bermaksud mengolok-olok Husein, seorang pembaca di salah satu blog
tetangga, menuliskan komentarnya di bawah tulisan berjudul Husein
Alattas Rasil AM720 Menghujat Sahabat (http://umarabduh.blog.com/2012/06/28/husein-alattas-rasil-am720-menghujat-sahabat/#comments)
sebagai berikut: Husein bin Hamid Al Attas itu ustadz secara lughowi
bukan secara syar’i. Husein bin Hamid Al Attas itu suami secara lughowi
bukan secara syar’i. Husein bin Hamid Al Attas itu laki-laki secara
lughowi bukan secara syar’i. Husein bin Hamid Al Attas itu manusia atau
orang secara lughowi bukan secara syar’i. (Riyanto Suryadi, June 28th,
2012)
Selain menjadikan buku karya Hasan Farhan Al Maliky yang
berjudul Assubhu was Sahabah sebagai sandaran, ternyata Husein juga
menjadikan buku karya Abul A’la al Maududi berjudul Al Khilafah wal Mulk
sebagai sandaran membolehkan menghujat Muawiyah ra. Ternyata, menurut
ustadz Haidar Bawazier, pada halaman 97 buku tadi, Abul A’la al Maududi
justru menyatakan bahwa “…sesungguhnya Muawiyah adalah seorang sahabat,
yang kita akui keunggulannya, keutamaannya, mempersatukan umat, dan
barang siapa mencaci Muawiyah dia telah berlebihan dan keluar dari haq.”
Jadi, bila diukur dari buku tersebut, Husein Al Attas justru terkena
vonis sesat.
Menurut Fahmi Salim (Wasekjen MIUMI), para ulama
salaf menyatakan bahwa kehormatan Muawiyah adalah sarung penutup bagi
sahabat-sahabat Nabi yang lain. Jika tersingkap dan terus menerus
ditelanjangi, maka sahabat-sahabat besar lainnya juga akan jadi target
serangan.
Oleh karena itu, menurut Fahmi Salim yang juga duduk di
Komisi Penelitian MUI, umat Islam wajib mewaspadai taktik Syiah yang
seperti ini dan wajib membela kehormatan Muawiyah ra. Dalam kaitan ini,
menurut Fahmi, jika ada ijtihad Muawiyah yang keliru, maka itu adalah
urusan yang bersangkutan dengan Allah. “Tilka ummatun qad khalat laha ma
kasabat wa alayha ma iktasabat, kesalahan dan aib kita yang hidup zaman
ini jauh lebih banyak dan lebih menghancurkan akidah dan syariah kita
sendiri dibandingkan jasa Muawiyah yang besar terhadap Islam.”
Selain mengintrodusir istilah yang membingungkan, para pengasong syi’ah
ini juga menjadikan alasan ilmiah untuk sesuatu yang sebenarnya bathil.
Misalnya ketika ustadz Haidar Bawazier mempersoalkan sikap Husein Al
Attas yang menghujat Abu Hurairah ra, maka saat itu Husein berkilah
bahwa itu berada dalam tataran ilmiyah. Begitulah cara Husein sang
pengasong syi’ah ini berdalih: menghujat sahabat dikatakannya ilmiah.
Tak beda dengan kaum orientalis atau liberalis yang gemar menghujat
Islam, Rasul, Sahabat, dengan dalih materi itu dibincangkan dalam forum
akademis, dalam forum ilmiah.
Jadi, kalau besok hari ada
sekelompok orang yang bikin forum ilmiah untuk menghujat Husein Al
Attas, Zen Al Hady, Faried Thalib, Ichsan Thalib, Jose Rizal Jurnalis,
Habib Riziek Shihab, dan para pengasong syi’ah lainnya yang ada di Rasil
AM720 maupun di luar Rasil, itu sah-sah saja. Karena mereka masih
berada dalam tataran ilmiyah. Begitulah kira-kira jika logika Husein Al
Attas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari keempat tipu
daya yang dipraktekkan Husein Al Attas, sebenarnya sudah bisa membawa
umat Islam kepada sebuah kesimpulan bahwa Husein Al Attas memang
penyebar virus sesat syi’ah. Bahkan dari mubahalah setengah hati yang
berlangsung 27 Juni lalu, semakin terasa bahwa Rasil AM720 sebagai
institusi memang merestui sepak terjang Husein Al Attas di dalam
menyebarkan virus sesat syi’ah. Jadi, yang layak dituding ‘pencuri’
selain Husein juga Rasil AM720 sebagai institusi. Artinya, manajemen dan
pemilik Rasil AM720 terindikasi virus sesat syi’ah, setidaknya toleran
terhadap syi’ah laknatullah. Semoga Allah melaknat mereka semua, sesuai
dengan sumpah Husein Al-Attas yang bersedia dilaknat atas keyakinannya
yang menghujat Muawiyah.
Indikasi kegigihan Husein Al Attas
dalam mengusung virus sesat syiah juga bisa dirasakan melalui
‘testimoni’ dari seorang komentator dari blog tetangga, yang menuliskan
komentarnya di bawah artikel berjudul Pengasong Syi’ah Rasil AM720
Tukang Bohong dan Pengecut (http://umarabduh.blog.com/2012/06/08/pengasong-syi%E2%80%99ah-rasil-am720-tukang-bohong-dan-pengecut/#comment-48363).
Sosok bernama Abu Nabil ini antara lain mengatakan: “Dahulu saya aktif
mengikuti kajian beliau. Pada satu kajian, beliau mengangkat topik
tentang nikah mut’ah yg beliau berpendapat bahwa nikah mut’ah
dibolehkan. Serta hujatan beliau tentang sahabat Abu Hurairah.” (Abu
Nabil June 13th, 2012)
Membolehkan menghujat sahabat, membolehkan
nikah mut’ah, rasanya sudah cukup untuk dijadikan alasan bahwa Husein
Al Attas memang pengusung virus sesat syi’ah laknatullah. Namun bila
Husein terus-terusan menyangkal dirinya syi’ah, itu tidak menjadi
jaminan
bahwa Husein adalah sunni (ahlussunnah wal jama’ah).
Karena, selain menjadikan taqiyyah sebagai ibadah, para penganut syi’ah
terbukti cenderung suka berbohong dan pengecut.
Sumber: LppiMakassar.com